Selasa, 10 Maret 2009

Sarah??? Suara !!!

SUARA..!!! Dentuman suara seorang guru killer memenuhi ruangan, dengan seketika kegaduhan kelas mendadak hening tanpa ada yang memberanikan diri untuk berkata sepatah katapun.

Terdengar dengan jelas sebuah kursi bergeser memecah keheningan, bersamaan mata memandang ke belakang pojok kelas dari mana sumber suara. Berdiri seorang gadis tubuhnya gemetar dengan kepala tertunduk. Sarah… seorang gadis pendiam dan lugu yang sehari-harinya dihiasi dengan lebih banyak tersenyum. Begitu temen-teman mengenalnya. TIDAK..!!! Kakinya mulai melangkah, sang guru killer yang tepat berdiri di depan kelas memandang Sarah, seakan dengan kedua tanduk juga taringnya yang siap kapan saja mengayunkan tongkat saktinya, menyulap Sarah menjadi seekor kelinci.

Langkah kakinya semakin jelas, suara sepatu yang terseret di atas lantai ubin berjalan menuju depan kelas, tepat dimana seorang guru killer berdiri. Semua mata semakin terbelalak. Apa yang dilakukannya? Menghampiri sang guru killer sama halnya dengan terjun bebas dari sebuah gedung lantai 20.

Suasana kelas semakin hening, jangankan untuk menarik dan menghembuskan nafas, mengedipkan matapun akan ditahan seribu cara untuk tidak melewatkan sedikitpun adegan sepanjang sejarah ini.
Langkahnya terhenti!!! Tepat jarak satu meter di hadapan sang guru, dan kepalanya mulai terangkat. Suasana semakin menegangkan, Timbul pertanyaan-pertanyaan dalam benak apa yang dilakukanya? Hal bodoh apa yang akan Sarah lakukan? Karena bila sang guru marah besar, bukan hanya dia yang akan dirubah menjadi seekor kelinci. Ooooh no.!!

Suara Clara sayup-sayup nyaris tak terdengar, mengundang sang guru bereaksi dan berkata dengan suara lantang yang menggema : “ada apa? Bicara yang jelas!“. Dengan terbata-bata juga gemetar dan keringat dingin membasahi keningnya, Sarah mengulang kalimatnya yang terdengar sayup : “bapak memanggil saya?“. Semua penghuni ruangan kelas mengerutkan dahi tanpa menggambarkan adanya pemahaman. Tiba-tiba saja sang guru tertawa terbahak-bahak terlihat begitu puas, tetapi semua temen-temen Sarah belum mengerti bahkan sama sekali tidak paham, dahi pada kening mereka belum terlihat normal. Sang guru masih saja terus tertawa, memang nampak aneh bahkan langka, seorang guru yang di kenal killer bisa juga tertawa lepas. Ia pun berseru: “saya memanggil kamu Sarah??. Saya marah karena kelas ini begitu gaduh, tidak lama saya tinggal. Saya tidak menyebut Sarah!! Tetapi suara!!“. Semua saling berpandangan, suara gaduh kembali terjadi dan kali ini sang guru killer penyebab kegaduhan itu.

Dengan wajah merah dan pucat pasi karena malu, Sarah kembali ke kursi tahtanya dibelakang pojok kelas. Sejak saat itu Sarah mendapat predikat baru sebagai : “si polos peluluh guru killer”.



( : diangkat berdasarkan kisah nyata. Suatu peristiwa yang terjadi saat masih mengenakan seragam putih biru beberapa saat yang lalu, tepat dibangku SLTP kelas satu. )

Tidak ada komentar: